BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Siswa yang hadir di sekolah untuk
memperoleh layanan pembelajaran terdiri dari beragan jenis keunggulan dan
permasalahan. Setiap siswa ini, memiliki kemampuan atau kelebiahan yang berbeda
beda begitu pula dengan kekurangan atau ketidakmampuannya. Dari berbagai
kekurangan atau ketidakmampuan yang menjadi masalah bagisiswa salah satunya
adalah kesulitan untuk belajar, jangankan anak berbakat atau berpotensi, anak
bodohpun membutuhkan atau lebih membutuhkan seseorang yang data memahami serta
menghargai kekurangan atau ketidakmampuannya, atau orang yang mampu memecahkan
masalahnya itu. Hal ini dikarenakan karena sifat dasar anak berbeda beda, baik
tempramennya, gesca, sikap, maupun emosinya. Begitu juga dengan siswa yang
kesulitan belajar, akan berbeda dengan anak yang normal lainnya dan begitu
jelas.
Berbagai observasi menunjukkan bahwa cara berpikir
anak/siswa yang kesulitan belajar berbeda dengan cara berpikir anak normal pada
umumnya. Hal ini dikarenakan adanya keterlambatan dalam berpikir atau menerima
materi/stimulus atau rangsangan dari orang lain, khususnya saat belajar,
Kita menyadari bahwa kurang adanya perhatian terhadap
kebutuhan anak yang memiliki masalah/kesulitan belajar dalam cara berpikir
merealisasikan sesuatu dan kesempatan. Semua sisiwa ini memerlukan layanan
bimbingan dan pengarahan yang didalamnya juga termuat bimbingan karir mulai
dari yang benar-benar bermasalh hingga yang sangat unggul.
Bimbingan ini merupakan layanan bantuan bagi siswa baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan bisa berkembang secara optimal. Kegiatan dapat berbentuk bimbingan pribadi sosial, belajar, maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dengan itu, kita sebagai calon pendidik dan pembingbing sekalidus orangtua mereka, harus mengetahui apa sebenarnya terjadi pada anak didik kita, baik yang mempunyai kelemahan atau ketidakmampuan dalam berpikir (siswa yang kesulitan belajar) dan bagaimana cara kita untuk mengetahui anak itu, dan bagaimana cara kita membingbing si anak agar tercipta siswa yang cerdas dan mampu bersaing. Untuk itu penulis akan membahas tentang cara mengetahui siswa yang kesulitan belajar dan cara membingbingnya
Bimbingan ini merupakan layanan bantuan bagi siswa baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan bisa berkembang secara optimal. Kegiatan dapat berbentuk bimbingan pribadi sosial, belajar, maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dengan itu, kita sebagai calon pendidik dan pembingbing sekalidus orangtua mereka, harus mengetahui apa sebenarnya terjadi pada anak didik kita, baik yang mempunyai kelemahan atau ketidakmampuan dalam berpikir (siswa yang kesulitan belajar) dan bagaimana cara kita untuk mengetahui anak itu, dan bagaimana cara kita membingbing si anak agar tercipta siswa yang cerdas dan mampu bersaing. Untuk itu penulis akan membahas tentang cara mengetahui siswa yang kesulitan belajar dan cara membingbingnya
1.2.TUJUAN
PENULISAN
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. mengetahui kesulitan apa yang
dihadapi siswa sehingga ia tidak mampu mengikuti pelajaran.
2. melakukan observasi, pengamatan
langsung pada objek untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi siswa
khususnya siswa yang kesulitan belajar.
3. memecahkan masalah/kendala-kendala
yang dihadapi saat proses bimbingan.
4. menjadikan siswa yang kesulitan
belajar menjadi mudah dan mau belajar dengan lebih baik dari sebelum diadakan
bimbingan.
1.3.MANFAAT
PENULISAN
Dengan dilakukannya bimbingan bagi
siswa/anak yang kesulitan belajar atau anak yang memiliki kekurangan dan
ketidakmampuan dalam berpikir atau menerima pelajaran, memiliki beberapa
manfaat diantaranya adalah:
1. memberi kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan isi hatinya akan butuhnya perhatian dari orangtua dan kita selaku
pendidik, pembingbing dan orangtua
2. memberikan perhatian atau
mendapatkan perhatian khusus dari guru
3. memberikan/membangkitkan semangat
belajar siswa dan aktif dan tidak merasa minder lagi, jadi lebih percaya diri
dan membuang jauh-jauh rasa putus asa
4. setelah mendapatkan bimbingan,
setidaknya mereka akan mencoba dan berusaha untuk menghadapi masalah yang
mereka hadapi dengan bimbingan guru dan orangtua dan berusaha untuk lebih baik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
DEFINISI
MASALAH BELAJAR
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan
adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat
diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi
selama proses belajar itu sendiri. Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai.
Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis,
sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi
pada siswa.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat
dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari
tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama
proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat
terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil
belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya :
a) learning disorder;
b) learning disfunction;
c) underachiever;
d) slow learner, dan
e) learning disabilities.
Di
bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.
Learning
Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti
karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar
menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.
Learning
Disfunction
merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat
cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola
volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.
Under
Achiever mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa
saja atau malah sangat rendah.
4.
Slow
Learner atau lambat belajar
adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
5.
Learning
Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau
menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
2.2.
FAKTOR-FAKTOR
KESULITAN BELAJAR
1. Faktor Internal
a. Ciri
Khas/Karekteristik Siswa
Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran,
mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila
mana siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan
kesiapan belajar.
b. Sikap Terhadap
Belajar
Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika
memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena
aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai
kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka
siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
c. Motivasi
Belajar
Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu
dimanefestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar,
kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya. Umumnya kurang
mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam
mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam
belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaianya hasil belajar yang
diharapkan.
d. Konsentrasi
Belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah
belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam
mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat
berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping
menuntut ketelatenan guru.
e. Mengelolah
Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka
berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan
guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki
kemampuan sendiri untuk terus mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti
merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
f. Menggali Hasil
Belajar
Bagi guru dan siswa sangat penting memperhatikan proses
penerimaan pesan dengan sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian
secara optimal. Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian
tugas, latihan, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah
pesan-pesan pembelajaran.
g. Rasa Percaya
Diri
Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh
terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa
percaya diri. Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan
atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah
untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan
bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang
harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
h. Kebiasaan
Belajar
Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam
waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang
dilakukan.
Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
1) belajar tidak
teratur
2) daya tahan
rendah
3) belajar hanya
menjelang ulangan atau ujian
4) tidak memiliki catatan
yang lengkap
5) sering datang
terlambat, dan lain-lain
i. Factor
Fisiologis
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri.
seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik,
sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna.
Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi
penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat
kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius)
seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya. Faktor fisiologi adalah
factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan
mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami
pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu
kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang
ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak,
serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain
sebagainya.
2. Faktor-faktor
Eksternal Belajar
a. Sekolah, antara
lain :
Ø Letak sekolah yang terlalu bising
Ø Sifat kurikulum
yang kurang fleksibel
Ø Terlalu berat
beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
Ø Metode mengajar
yang kurang memadai
Ø Kurangnya alat
dan sumber untuk kegiatan belajar
b. Keluarga
(rumah), antara lain :
Ø Keluarga tidak utuh atau kurang
harmonis.
Ø Sikap orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya
Ø Keadaan ekonomi.
c. Lingkungan
Ø Lingkungan yang tidak mendukung
seperti mabuk-mabukan, merokok dll.
Ø Lingkungan yang menganggap
pendidikan itu tidak penting
2.3.
ALTERNATIF
MENGENAL & MENGATASI KESULITAN BELAJAR
Beberapa
perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1)
Menunjukkan hasil belajar yang rendah
di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi
yang dimilikinya.
2)
Hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat
belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3)
Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal
4)
dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan.
5)
Menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
6)
Menunjukkan perilaku yang berkelainan,
seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
7)
Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai
rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya
kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurut Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam
belajar apabila :
1) Dalam batas
waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan
atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu
yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2) Tidak dapat
mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran
tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
3) Tidak berhasil
tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat
bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke
dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi
pengulang (repeater)
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai
siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas
atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa
dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat
menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa :
a. tujuan pendidikan;
b. kedudukan dalam kelompok;
c. tingkat pencapaian hasil belajar
dibandinngkan dengan potensi; dan
d. kepribadian.
2.4.
UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH BELAJAR
1) Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal
karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati
atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa
yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal,
coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena
pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas
orangtua untuk menyenangkan hati si anak.
2) Siapkan Ruang
Belajar
Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia
tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu,
saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar
yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya
menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut
dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang
dijalaninya sekarang.
3) Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana
cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata
pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas.
Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita
tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif
maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas
memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini,
biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak
berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba.
4) Mengidentifikasi
siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Ø Menandai siswa
dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan
belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi
Ø Meneliti nilai
ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian dibandingkan dengan
nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal
kompetensi yang dituntut.
Ø Menganalisis
hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
Ø Melakukan
observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu
mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang
diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa
di rumah melalui check list
Ø Mendapatkan
kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing.
5) Mengalokasikan
letaknya kesulitan atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan
belajar pada bidang studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian
tugas, ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam
belajar.
6) Melokalisasikan
jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
7) Memperkirakan
alternatif pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang
bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).
Kamu bisa mencari latar belakang penyebab kesulitan
belajarmu bersama guru pembimbing, Misalnya kamu bisa menganalisis dokumen diri
yang meliputi identitas, riwayat pendidikan, prestasi belajar, keluarga, minat,
bakat, cita-cita, kecerdasan, lingkungan sosial, riwayat kesehatan,
catatan/komentar guru mata pelajaran dan orang tua, kedudukanmu dalam kelompok
sosial, dan sebagainya. Dari sini kemungkinan besar kamu akan memahami mengapa
kamu sekarang mengalami kesulitan belajar.
Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar :
1. Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu
mengurangi kesulitan dalam tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara
fisik bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar,
sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan
sehat, maka itu semua dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi.
2. Pemeriksaan
Alat Indera
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan
siswa khusus mengenai alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali
pihak sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter,
karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula.
Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan
bahan pelajaran langsung ke diri individu.
3. Teknik Main
Peran
Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang
murid. Di sana seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut
semua yang ada di sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara
dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan
lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan
situasinya dengan masyarakat secara langsung.
4. Tes Diagnostik
Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh
mana IQ seseorang dapat dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai
kepribadian siswa secara praktis dari segi dasar, logika dan privasi seseorang.
5. Menyusun
Program Perbaikan
Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi
pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi seorang yang konsevator,
transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa
alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena
dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan
dengan mudah didapat oleh para siswa.
Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para
pengajar sehingga tidak ada lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi
kegiatan belajar. Selain itu tingkat kedisiplinan yang diterapkan di suatu
sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses belajar. Disiplin dalam belajar
akan mampu memotivasi kegiatan belajar siswa.
Alternatif lain yang dapat diambil guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru
sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah berikut ini
:
a)
Menganalisis hasil diagnosis, yakni
menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk
memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi
siswa.
b)
Mengidentifikasi dan menentukan bidang
kecakapan tertentu yang memerlukan adanya perbaikan.
c)
Menyusun program perbaikan.
Dalam menyusun program pengajaran perbaikan diperlukan
adanya ketetapan sebagai berikut :
a)
Tujuan pengajaran remedial
Contoh
dari tujuan pengajaran remedial yaitu siswa dapat memahami kata “tinggi”,
“pendek” dan “gemuk” dalam berbagai konteks kalimat.
b)
Materi pengajaran remedial
Contoh
materi pengajaran remedial yaitu dengan cara lebih khusus dalam mengembangkan
kalimat-kalimat yang menggunakan kata-kata seperti di atas.
c)
Metode pengajaran remedial
Contoh
metode pengajaran remedial yaitu dengan cara siswa mengisi dan mempelajari
hal-hal yang dialami oleh siswa tersebut dalam menghadapi kesulitan belajar.
d)
Alokasi waktu
Contoh
alokasi waktu remedial misalnya waktunya Cuma 60 menit.
e)
Teknik evaluasi pengajaran remedial
Contoh
teknik evaluasi pengajaran remedial yaitu dengan menggunakan tes isian yang
terdiri atas kalimat-kalimat yang harus disempurnakan, contohnya dengan
menggunakan kata tinggi, kata pendek, dan kata gemuk.
Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif
atau cara-cara pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat
dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan.
Selain itu, guru juga sangat dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan
model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau
pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.
Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi fikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Ini sama halnya dengan siswa tidak belajar, karena siswa tidak
merasakan perubahan di dalam dirinya, padahal pada hakekatnya belajar adalah
“perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang yang telah berakhirnya melakukan
aktivitas belajar.
Penerapan sikap dan pembentukan kepribadian pada diri siswa
harus dioptimalkan, mengingat keberhasilan suatu proses pembelajaran bukan
diukur oleh adanya penambahan dan perubahan pengetahuan serta keterampilan
saja, namun nilai sikap harus terakomodasi, sebab dengan perubahan sikap akan
menentukan terhadap perubahan kognitif ataupun psikomotor.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada
hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengjar adalah proses
memberikan bimbingan, bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya, serta dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
tingkah laku pada diri peserta didik. Agar proses belajar mengajar tersebut
berlangsung secara efektif selain diperlukan alat peraga sebagai pelengkap yang
digunakan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik diperlukan pula aturan
dan tata tertib yang baku agar dalam pelaksanaannya teratur dan tidak menyimpang.
Dari hakikat proses belajar mengajar, pembelajaran
merupakan proses komunikasi, maka pembelajaran seyogyanya tidak atraktip
melainkan harus demokrasi. Siswa harus menjadi subjek belajar, bukan hanya
menjadi pendengar setia atau pencatat yang rajin, tetapi siswa harus aktif dan
kreatif dalam berbagai pemecahan masalah. Dengan demikian guru harus dapat
memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan
kemampuannya, kekhasan bahan pelajaran, keadaan sarana dan keadaan siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan
melalui proses pemberian bantuan kepada siswa supaya individu itu dapat
memahami dirinya sehingga ia mampu mangarahkan dirinya dan bertindak wajar
sesuai dengan ketentuan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Layanan
bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa siswi yang mempunyai masalah dapat
terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik bimbingan itu, dapat
dilakukan dengan cara motivasi, pengarahan dan penyuluhan kepada yang
bersangkutan. Maka tujuan utama dari bimbingan itu untuk membantu mengatasi
berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien dalam bidang bahasa Indonesia
3.2 SARAN
Bimbingan untuk peserta didik sanagt dibutuhkan terutana
bagi mereka yang sedang mendapat kesulitan belajar maka penulis perlu
menyarankan hal-hal yang diinginkan yaitu:
1.
Bagi
guru pembingbing bimbinglah peserta didik tersebut sesungguhnya supaya tercipta
belajar yang sebenarnya
2.
Lakukan
pengarahan terhadap mereka yang kesulitan mempelajari dan arahkanlah mereka
agar belajar itu menyenangkan
Demikian saran yang perlu dimuat oleh penulis dalam masalah
ini apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam isi makalah, penulis meminta
maaf kepada pihak yang terkait semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Soejipto, kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta; rineka cipta
Danim, Sudarman. Khairil. 2010. Profesi Pendidikan. Bandung; Alfabeta.
0 komentar: