BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Berbicara tentang manusia tidak akan
pernah habis dan selalu menarik, asumsi ini cukup rasional mengingat manusia
sebagai ciptaan yang unik dan dalam bahasa agama sering diungkap sebagai
ciptaan yang sempurna. Kesempurnaan itu bukan saja pada dimensi fisik dimana
struktur tubuh dan anatomi manusia, secara psikis manusia diberi kelebihan ruh
dengan akal sebagai given untuk hidup dan kehidupan manusia. Proses
penciptaan manusia yang sempurna ini tentu sangat berbeda dengan penciptaaan
lain, seperti binatang. Keistimewaan yang dimiliki manusia dengan beragam
bentuk, warna kulit, karakterstik, minat, bakat dan lain sebagiannya membawa
kesadaran tentang keadilan sang pencipta yang telah menciptakan sosok ciptaan
yang sempurna.
Selain
kestimewaan di atas, mengapa dipandang perlu untuk membicarakan tentang dimensi
manusia dari berbagai sudut pandang yang berbeda, apakah selama ini timbul
persoalan mendasar mengapa terma manusia tidak akan habis dibicarakan sepanjang
manusia hidup dalam jagad raya ini. Selain itu apa hubungannya manusia dengan
alam, binatang dan bahkan sesame manusia itu sendiri. Ada beberapa persoalan
mendasar mengapa terma manusia selalu menjadi diskurses tanpa batas.
1. Bahwa
manusia dengan kestimewaan akal telah mampu menembus peradaban yang spektakuler
setelah melewati revolusi perdaban yang cukup lama. Kekuatan akal ini
melahirkan daya cipta (nilai-nilai ketuhanan) manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Berbagai masterpiece telah dilahirkan manusia melalui akalnya, seperti
penemuan telpon, listrik, pesawat, satelit, dan bahkan ruang angkasa. Bisa
dikatakan dengan daya citpa yang tanpa batas (baca: manusia), manusia mampu
menemukan problem-problem sosial yang harus dipecahkan dengan kekuatan akal,
sehingga terwujud kemanfaatan yang baik untuk masyarakat itu sendiri.
2. Keistimewaan
manusia dengan akalnya dan kemampuan daya ciptan yang luar biasa, ternyata
menimbulkan sebuah ketakutan tersendiri bagi diri manusia, yaitu ketika akal
berbicara dan mampu mencipta apakah selama itu manusia bebas dari nilai? Dan
tidak mengindahkan sisi kemanfaatan bagi umat manusia yang lain. Fakta ini
cukup rasional, melihat adanya kerusakan-kerusakan alam dan kekacaun manusia
itu sendiri. Ketika manusia pertama kali menemukan sebuah benda yang maha
kecil, yaitu atom itu merupakan penemuan yang spektakuler bagi manusia, akan
tetapi muncul kekuatiran, jika atom ini dijadikan senjata pemusnah, maka
habslah manusia. Sejarah berbicara banyak ketika atom dijadikan bahan peledak
dan menimbulkan banyak korban bagi manusian. Belum lagi ditemukannya nuklir
yang awalnya dimanfaatkan untuk kebutuhan tenaga listrik, ternyata dimanfaatkan
juga untuk pembuatan bom, bias dibayangkan dengan dayanya yang sangat besar,
makan kehancuran manusia dan bumi ini segera terjadi.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan kami angkat dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
2. Bagaimanakah
kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
3. Bagaimanakah
karakteristik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
4. Bagaimanakah
pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
1.3.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Memahami lebih jelas tentang manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk social.
2. Mengetahui
kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
3. Memahami
karakteristik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
4. Mengetahui
pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
1.4.
MANFAAT
PENULISAN
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2.
Bagi
penulis diharapkan dapat mendatangkann manfaat didalam menambah wawasan serta
pengetahuan yang lebih luas
3.
Bagi Pembaca makalah ini diharapkan
dapat mendatangkan manfaat sebagai tambahan informasi serta referensi.
1.5.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Didalam sistematika penulisan makalah ini,
akan dijelaskan secara deskripif mengenai pokok-pokok permasalahan yang erat
kaitannya dalam penulisan. Selanjutnya akan dibagi tiap-tiap bab kedalam
sub-sub bab.
Adapun sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Didalam pendahuluan akan dijelaskan
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
serta sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Didalam bagian ini akan dijelaskan tentang Pengertian manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk social, Kedudukan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk social, Karakteristik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
social, serta Pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
BAB III PENUTUP
Didalam
bagian ini merupakan bagian akhir pada keseluruhan penulisan. Berisi kesimpulan
dan saran terhadap pokok pembahasan yang disajikan dalam laporan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. MANUSIA SEBAGAI
MAHLUK INDIVIDU
2.1.1. Pengertian
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya
yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu
bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.
Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan
masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut
individu bila pola tingkah lakunyabersifat spesifik dirinya dan bukan lagi
mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa
manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang
ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.
2.2. KEDUDUKAN MANUSIA SEBAGAI
INDIVIDU
2.2.1. Manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai
person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri
pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya“. Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk
ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat
padanya, yaitu unsur benda, hidup, naluri, dan akal budi.
- Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja. Misalnya, batu, kayu, dan meja
- Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup. Misalnya, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
- Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/ instink.Misalnya, binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.
- Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan akal budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.
2.2.2. Hakikat manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan
kewajibannya.
- Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah
keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat- bakat alami yang melekat
pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi
antara lain sesuai dengansifat- sifat aslinya,kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat
padanya.
- Harkat manusia
Harkat manusia artinya
derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
- Martabat manusia
Martabat manusia artinya
harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat
tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya,
kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan
makhluk lainnya
- Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah
hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang
Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
- Kewaiban manusia
Kewajiban manusia artinya
sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan
untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk individu
yang mempunyai hak-hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan
sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya
sehari-hari.
2.3. KARAKTERISTIK
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi
yang berbeda atau menjadi dirinya sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah
uniknya manusia. Karena dengan adanya individulitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan yang
berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri
merupakan ciri yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri
setiap insan.
Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa
perbedaan individualitas setiap insan nampak secara khusus pada aspek sebagai
berikut
- Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, kemampuan bertindak.
- Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.
- Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
- Perbedaan kecakapan atau kepandaian
2.4. PENGEMBANGAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
INDIVIDU
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil
dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri
yang dimulai dari kesadaran pribadi diantara segala kesadaran terhadap segala
sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita,s elf- res pect,s elf- narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan
potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagis elf- real is ation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola
tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang
biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang
dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal
tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi- potensi yang ada di dalam
dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi
yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui
tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi
dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang.
Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap
potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi
yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan,
manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam
pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
2.5. KEPRIBADIAN
2.5.1. Defenisi
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan
mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang
pola tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah laku manusia
sebagai bahan perbandingannya. Pola-pola tingkah laku bagi semua individu yang
tergolong dalam satu ras pun tidak ada yang seragam. Sebab tingkah laku Manusia
tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan juga akal
dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Manusia sangat
besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia.
Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam
adalah“s us unan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.
2.5.2. Unsur-unsur Kepribadian
Ada
beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :
- Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi
akal dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat
berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam
berbagi sel di bagian- bagian tertentu dari otaknya. Dan didalam otak
tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu
kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali
menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung
bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi
karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan psikologi biasanya
disebut dengan “Pengamatan”. Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada
bagian-bagian yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu
proses dalam aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain
yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya,
dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan. Dan penggambaran yang baru dengan
pengertian baru dalam istilah psikologi disebut“ Apersepsi” .
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian
dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain
yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses
kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak, yang dalam
kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari
penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran
tentang tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat
atau mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam
ilmu- ilmu sosial disebut dengan“ Konsep” .
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran
tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan,
tetapi ada pula yangdikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan
ada pula yang digabung dengan penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi
penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic
dalam Psikologi disebut dengan“ Fantasi” . Seluruh
penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur
pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.
- Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga
mengandung berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang
individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak
menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya
perasaan negatif. “Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga
mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah
suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai
sebagai keadaan yang positif atau negative.
- Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi
perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya,
tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam
gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah merupakan naluri disebut“D orongan” .
2.5.3. Tujuh Macam Dorongan naluri
Ada
perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam
naluri manusia yaitu ;
1)
Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini
memang merupakan suatu kekutan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia
untuk dapat bertahan hidup.
2)
Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik
perhatian para ahli antropolagi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan
berbagai teori. Dorongan biologis yang mendorong manusia untuk membentuk
keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di dunia ini muncul pada setiap individu
yang normal yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun.
3)
Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini
tidak perlu dipelajari, dan sejak baru dilahirkan pun manusia telah
menampakannya dengan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tanpa perlu
dipelajari.
4)
Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame
manusia, yang memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat
manusia sebagai kolektif.
5)
Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan
ini merupakan asal-mula dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang
menyebabkan bahwa manusia mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa
perbuatan yang seragam (conform) dengan manusia-manusia disekelilingnya.
6)
Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada
karena manusia adalah makhluk kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama
manusia lain diperlukan suatu landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme,
Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk
kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga
timbul religi.
7)
Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali
saudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk,
warna-warnidan suara-suara, irama, dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari
unsur kesenian
2.6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
2.6.1. Pengertian
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya
sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia
tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya
adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan
bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan.
2.6.2.
Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial
itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada
individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
- Dorongan untuk makan
- Dorongan untuk mempertahankan diri
- Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu
dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu
merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga
komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk
sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai
kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat
kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
- penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
- penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas
di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat
secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan
sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses
meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai
makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai
makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya
dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
- Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
- Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
- Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya
sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia
tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak
pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
2.6.3. Kedudukan Manusia sebagai
Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai
warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri
atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat
dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan
membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok
yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai
harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada
kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama
sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling
membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru
memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah”
dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan,
baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi,
negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.
2.6.4.
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam
kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan
manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam
kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan
hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan
pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi
badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin
diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain
pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan
berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam
suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki
sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik
merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant
mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan".
Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti
yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil
penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa
pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti
bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,
manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
2.7. INTERAKSI SOSIAL
2.7.1. Pengertian Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling
berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat
menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003)
menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik
atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar
individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani
(2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial” . “Interaksi positif hanya mungkin
terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling
mendukung” (Siagian, 2004).
Berdasarkan definisi di atas maka dapat menyimpulkan
bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok.
2.7.2. Macam - Macam Interaksi
Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial
dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif
ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling
menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu
pihak atau keduanya (bermusuhan).
- Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif
maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam
sesuai situasi dan kondisinya.
- Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai
satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua
perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
2.7.3. Bentuk - Bentuk Interaksi
Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002),
interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
- Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
- Kerja sama
Kerja sama adalah suatu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
- Akomodasi
Akomodasi adalah suatu
proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok -
kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Asimilasi Asimilasi adalah
proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu
lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
- Akulturasi
Akulturasi
adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu
kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang
mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan
Persaingan adalah suatu
perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh
kemenangan atau hasil secara kompetitif,
tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk
proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik.
Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi
maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau
kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.
c. Konflik
Konflik adalah proses
sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan
paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam
gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang
bertikai tersebut.
2.7.4. Ciri - Ciri Interaksi
Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial,
antara lain :
- Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
- Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
- Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
- d.Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
2.7.5. Syarat - Syarat Terjadinya
Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat
berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu: :
- Kontak sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak
lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak
saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan
secara fisik.
- Komunikasi
Komunikasi artinya
berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
2.7.6.
Faktor-faktor interaksi sosial
- Imitasi
Imitasi adalah mematuhi
kaidah-kaidah yang sudah ada, meng-copy dan meneruskan aturan yang telah
berlaku.
- Sugesti
Sugesti adalah suatu ide
yang didasari oleh kepercayaan diri, inisiatif, atas dasar ilham, egosentris,
atau wawasan pengetahuan, kemudian diterima oleh pihak lain baik secara
otoriter ataupun karena berwibawa dan berpengaruh.
- Identifikasi
Identidikasi adalah
proses pencarian diri dengan melalui penglihatan terhadap orang lain yang di
idealkan-nya, hal tersebut berlangsung secara tidak sadar disertai adanya
keinginan untuk mencontoh.
- Simpati
Simpati adalah rasa
tertarik seseorang terhadap orang lain, hal tersebut didasari oleh penghormatan
karena mempunyai kelebihan, kemampuan, yang patut dijadikan contoh. Rasa
simpati keluar dengan sendirinya tanpa adanya paksaan, kemudian timbul rasa
untuk memahami pihak lain dan keinginan untuk bekerjasama.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Setiap orang selalu mengharapkan
keturunannya lebih baik daripada dirinya. Wajar sekali bila mereka memupuk
nilai-nilai luhur untuk ditanamkan dalam sanubari anak-anaknya. Bekerja dan
berkarya bukan sekedar memupuk harta benda atau memuaskan diri mereguk berbagai
kenikmatan dunia (semua yang dapat dirasakan oleh Panca Indera!), melainkan
menemukan kebenaran hidup dan aktualisasi diri (tanpa didasari kesombongan).
Manusia adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Disisi manapun (sebagai makhluk sosial atau individu), ada pengaruh
positif dan negatifnya.
Sebagai makhluk individu, apabila
menganggap dirinya selalu benar, egosentris, mau menang sendiri, tidak mau
mengalah, kasar, tidak toleran, memandang masalah hanya dari sudut pandangnya
saja; maka dia termasuk dalam pengaruh NEGATIF sebagai makhluk individu. Perlu diingat
pula, Rasulullah Muhammad SAW, membutuhkan waktu dan tempat untuk merenung
--silence--, memikirkan segala kenikmatan yang telah dikaruniai oleh Sang
Pencipta, lalu mensyukurinya dan akhirnya membebaskan dirinya dari belenggu
kesombongan, serta mencapai kesempurnaan dengan senantiasa memperbaiki diri
dengan bertafakur.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa
membutuhkan pengakuan dari kelompoknya, katakanlah komunitasnya. Bisa komunitas
yang berorientasi geografi (RT/RW, daerah dll), profesi (dokter, guru dll),
hobby (internet, HT, komputer dll), wah masih banyak komunitas yang ada!
Lihatlah perilaku orang pada saat berkelompok. Sebagian besar akan berlaku
tidak disiplin!
Kedisiplinan adalah hal utama dalam
pembentukan kelompok. Tanpa kedisiplinan, setiap kelompok akan liar dan tak
terkendali, bagaikan pertumbuhan sel-sel kanker. Lihat bagaimana Jakarta
porak-poranda di tahun 1997! Tidak mungkin kerusuhan dapat terjadi tanpa
provokasi. Dan saat itu, provokasi terjadi akibat rekayasa, yang merusak nilai
kemuliaan dan tatanan sosial masyarakat!
Kata kunci dari keberhasilan sebagai
makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang DIGALANG BERSAMA secara
DISIPLIN dan MAMPU MENAHAN DIRI, apabila terjadi benturan terhadap kepentingan
pribadi.
3.2.
SARAN
Kata kunci dari keberhasilan sebagai
makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang DIGALANG BERSAMA secara
DISIPLIN dan MAMPU MENAHAN DIRI, apabila terjadi benturan terhadap kepentingan
pribadi.
Mari kita pupuk perilaku positif pada
anak-anak kita sedini mungkin. Dengan cara itu, diharapkan mereka mampu
menjalani hidup ini sebagai makhluk sosial dan individu secara paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
Yaqin.
M. Ainul. 2007. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media.
Meliono,
Irmayanti, Dkk. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi,Jakarta:
Lembaga Penerbit FE UI, 2008.
Utorodewo,
Felicia N., dkk. 2008. Bahasa Indonesia Sebuah Pengantar PenulisanIlmiah. Depok:
PDPT Universitas Indonesia.
http://www.scribd.com/doc/40488823/Manusia
Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
1 komentar:
ijin kopas, yaaaa