BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan
dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya
untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini
didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada
dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah
pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak
berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi
dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana
membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari siswa”. Dengan
demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran,
bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi
antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat
di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran,
sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi
oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu
mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga
ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu
mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif
untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon
stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran
yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan
sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka
(Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika
hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan
efektif dan optimal.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang
praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu
memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran
dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat.
Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam
pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran,
sikap dan karakter guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak
selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif
dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan
melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa
terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu
(pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran.
Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang
efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan
terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai
tujuan yang akan dicapai.
2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan kami angkat dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana
hakikat pembelajaran efektif.
2. Bagaimana
karakteristik belajar yang efektif.
3. Bagaimanakah
kondisi efektif.
4. Bagaimanakah
metode Cooperative Script.
2.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui dan memahami lebih jelas
hakikat pembelajaran efektif.
2. Mengetahui
dan memahami karakteristik belajar yang efektif.
3. Mengetahui
dan memahami kondisi efektif.
4. Mengetahui
dan memahami metode Cooperative Script.
2.4.
Manfaat Penulisan
Manfaat
yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Metode Pembelajaran Matematika.
2.
Bagi
penulis diharapkan dapat mendatangkann manfaat didalam menambah wawasan serta
pengetahuan yang lebih luas
3.
Bagi Pembaca makalah ini diharapkan
dapat mendatangkan manfaat sebagai tambahan informasi serta referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Pembelajaran Efektif
Sebelum menelusuri apa sebenarnya hakikat pembelajaran
efektif, akan diuraikan terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan
belajar dan pembelajaran serta apa juga yang dimaksud dengan efektif. Berkenaan
dengan hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1.1. Pengertian belajar dan
pembelajaran
Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagai
suatu pola baru yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, atau suatu pengertian.
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang
terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman
interaksi dengan lingkungannya. Belajar dalam pengertian yang lain yaitu suatu
upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Konsep ini mengandung dua hal:
pertama; usaha untuk menguasai, Hal ini bermakna menguasai sesuatu dalam
belajar, kedua; sesuatu yang baru dalam arti hasil yang diperoleh dari
aktivitas belajar.
Dalam defenisi lain dijelaskan bahwa Belajar merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Belajar juga kegiatan berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat
tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan
sekitarnya. Soemanto mengemukakan definisi belajar menurut para ahli bahwa
belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman. ”Learning may be defined as the process
by which behavior originates or is altered through training or experience.”
Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau
kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak
termasuk sebagai belajar.
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas,
dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul ”Educational Psychology”
sebagai berikut: ”Learning is shown by change in behavior as a result of experience.”
Maksudnya bahwa dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan
objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Belajar dalam arti
mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Menurut Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan
tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan
proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi
sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas
maupun kualitasnya.
2.1.2. Pengertian Efketif
Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan
manfaat tertentu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang
menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada
penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan
pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan
seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari
pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan
manfaat tertentu.
2.1.3. Hakikat Pembelajaran Efektif
Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka
hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan
saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,
ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap
demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk
mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan
kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di
dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu
dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu
dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu
adanya bimbingan dari guru.
Muara dari berfungsinya manajemen pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran efektif. Artinya, dari posisi guru tercipta mengajar
efektif, dari posisi murid tercipta belajar efektif. Menurut Joyce and Weil ,
”Guru yang berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam
pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif adalah
membentuk informasi, gagasan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan menggunakan
sumber daya belajar secara efektif”.
Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model
aktivitas pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai
penataan lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat
berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan
efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting
adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif.
Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan
sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan
mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan
ditinggalkan.
Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif mengharuskan
guru untuk mengubah cara pandang terhadap pembelajaran. Dalam persiapan
mengajar, guru lebih memikirkan/memfokuskan penciptaan pengalaman baru bagi
siswa. Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat mengembangkan pengetahuannya.
Guru mengolah kurikulum yang tepat sehingga dengan pemahaman konsep yang benar
yang dibentuk siswa, memungkinkan dapat menghubungkannya dengan pemahaman
sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman terhadap
konsep baru. Pendayagunaan teknologi pendidikan telah memasyarakat, maka
pertumbuhan industri pendukung pendidikan juga semakin berkembang. Bukan hanya
terpusat pada teknologi informasi, melainkan terbuka peluang bagi industri
lokal untuk memproduksi alat-alat peraga dan simulasi. Semakin tinggi dan
banyak teknologi didayagunakan dalam dunia pendidikan, maka semakin terbuka
lebar peluang kerja kreatif masyarakat terdidik.
Pembelajaran akan berjalan efektif jika pengalaman,
bahan-bahan, dan hasil-hasil yang diharapkan sesuai denagn tingkat kematangan
peserta didik serta latar belakang mereka. Proses belajar akan berjalan baik
jika peserta didik bias melihat hasil yang fositif untuk dirinya dan memperoleh
kemajuan-kemajuan jika ia menguasai dan menyelesaikan proses belajarnya. Gerak
raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian
prestasi dan belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan.
Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu :
- Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan eterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
- Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran.
- Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi belajar siswa yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar disekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil ujian semester, yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport.
Nilai tersebut merupakan nilai yang dapat dijadikan acuan
berhasil tidaknya siswa belajar serta dijadikan acuan berhasil tidaknya proses
belajar mengajar di kelas. Penilaian prestasi siswa yang dicantumkan dalam
rapot, bisa berbentuk anka jiga berbentuk huruf. Prestasi belajar tidak hanya
sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah
dipelajarinya, akan tetapi juga keberhasilan sebagai indikator kualitas
institusi pendidikan di tempat dia belajar. Para guru diharapkan dan harus
mampu menciptakan pembelajaran dengan efektif, menyenangkan, tercipta suasana
dan iklim pembelajaran yang kondusif, terdapat interaksi balajar-mengajar yang
bagus, sehingga keberhasilan belajar dan prestasi dapat dicapai dengan baik
sesuai tujuan pembelajaran.
2.2. Karakteristik Belajar yang
Efektif
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk
mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran,
maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang
efektif dapat diketahui dengan ciri:
- Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
- Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup.
- Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
- Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
- Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
- Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
- Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan
Selain
itu Ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
- Berpusat pada siswa
- Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
- Suasana demokratis
- Metode yang bervariasi
- Bahan belajar bermanfaat
- Lingkungan kondusif
- Suasana belajar menunjang
Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu
diketahui juga bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk
mengetahui keahlian dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran yang efektif. Adapun karakteristknya yaitu:
1.
Memiliki
minat terhadap mata pelajaran
2.
Memiliki
kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa
3.
Menumbuhkan
semangat belajar
4.
Memiliki
imajinasi dalam menjelaskan
5.
Menguasai
metode/strategi pembelajaran
6. Memiliki sikap terbuka terhadap
siswa
2.3.Kondisi Efektif
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi
yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses
pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru
memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada
pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya,
dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi
manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik
yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang
baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang
dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan
tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau
lengkap. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata
tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa,
tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas dan beberapa
faktor lainnya, kendati memang keberadaan guru merupakan faktor penentu dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Dalam mewujudkan kondisi
pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Melibatkan Siswa secara aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga
ia mau belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam
beberapa hal, antara lain :
a. Aktivitas visual, seperti membaca,
menulis, melakukan eksprimen dsb.
b. Aktivitas lisan, seperti bercerita,
tanya jawab, dsb.
c. Aktivitas mendengarkan, seperti
mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru dsb.
d. Aktivitas gerak, seperti melakukan
praktek di tempat praktek.
e. Aktivitas menulis, seperti
mengarang, membuat surat, membuat karya tulis dsb.
Setiap jenis aktivitas memiliki kadar atau bobot yang
berbeda, tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan
pembelajaran. Yang jelas, aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas
hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas
siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa :
- Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar.
- Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
2. Menarik minat dan perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya
tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa.
Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa
merupakan pembelajaran yang diminati.
3. Membangkitkan motivasi Siswa
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang
yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana
membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa cara
bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
F Guru berusaha menciptakan persaingan
diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya;
F Pada awal kegiatan pembelajaran,
guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang
akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut
serta didalam mencapai tujuan tersebut.
F Guru berusaha mendorong siswa dalam
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
F Guru hendaknya banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan usahanya sendiri;
F Guru selalu berusaha menarik minat
belajar siswa.
F Sering-seringlah memberikan tugas
dan memberikan nilai seobyektif mungkin.
4. Memberikan pelayanan individu
Siswa
Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran
adalah kurangnya pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru
sering kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat
menyerap pelajaran dengan baik. Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima
pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru di
dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam
berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan
individu siswa.
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata
ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan
kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran
individual atau pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak
dilakukan melalui les-les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan
yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem
pembelajaran tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti
dilakukan. Setiap sub materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti
oleh semua siswa, tanpa terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas,
materi pelajaran tidak boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan
dapat diserap oleh seluruh siswa.
5. Menyiapkan dan menggunakan
berbagai media dalam pembelajaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang
digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.
Sebab, pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan.
Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan
gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya.
Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman
langsung atau pengalaman kongkret yang dibantu dengan sejumlah alat peraga
dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam
membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Di dalam menyiapkan dan
menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
sebagai berikut :
- Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan.
- Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
- Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.
2.4.
Metode Numbered
Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian
secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
1.
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4.
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5.
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan.
Kelebihan:
F Setiap siswa menjadi siap semua.
F Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh.
F Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
F Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru.
F Tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru
BAB
III
KESIMPULAN
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses
belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta
didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat
memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari
kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing
harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain
itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus
adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian
guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang
baik antara guru dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan
sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan
menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga
tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.